
Salat Iduladha tahun ini menghadirkan khatib Ustad Nayif Fairuza, mantan aktivis Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Libya yang kini menjadi staf pengajar di Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta.
Dalam khotbahnya yang berjudul "Nilai-nilai Ketakwaan dan Kesalehan Nabi Ibrahim AS", Ustaz Nayif mengangkat lima pelajaran penting dari perjalanan hidup Nabi Ibrahim:
Pemurnian Keimanan kepada Allah – Sejak muda, Nabi Ibrahim telah menunjukkan keteguhan dalam tauhid, bahkan saat diancam dibakar oleh Raja Namrud, sebagaimana kisah dalam QS al-An’am ayat 76-79.
Sikap Santun kepada Orang Tua – Meskipun ayah Nabi Ibrahim merupakan penyembah berhala yang menolaknya, beliau tetap bersikap hormat dan mendoakan ayahnya, sebagaimana dalam QS Asy-Syu’ara ayat 86 dan Maryam ayat 48.
Demokrasi dan Penghargaan terhadap Anak – Dialog antara Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail menunjukkan bahwa beliau tidak memaksakan perintah, melainkan menghargai pendapat anaknya, tercermin dalam QS Ash-Shaffat ayat 102.
Keikhlasan Berkurban – Nabi Ibrahim menunjukkan keikhlasan tertinggi saat bersedia mengorbankan anaknya di jalan Allah. Ini menjadi inspirasi dalam semangat berkurban umat Islam.
Kepedulian terhadap Keturunan – Doa Nabi Ibrahim dalam QS Al-Baqarah ayat 126 menunjukkan perhatian beliau terhadap masa depan keturunan dalam aspek iman dan kesejahteraan.
Ustad Nayif mengakhiri khotbahnya dengan ajakan untuk menjadikan Iduladha sebagai momen peningkatan takwa dan akhlak, terutama dalam konteks kekeluargaan dan sosial.